Al-Mizan: Saat Umat Islam Berjanji untuk Bumi
Dokumen tersebut diharapkan mampu mendorong tindakan kolektif untuk mengatasi perubahan iklim.
Sebuah dokumen penting mengenai tanggung jawab moral lingkungan dalam sudut pandang Islam dirilis di markas besar Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) di Nairobi, Kenya, pada 27 Februari. Dokumen bertajuk Al-Mizan: Sebuah Perjanjian untuk Bumi ini merupakan hasil kolaborasi sekelompok cendikiawan Islam terkemuka dari seluruh dunia.
Penyusunan dokumen tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip teologis dan etika, seperti kasih sayang, keadilan dan keterhubungan yang bersama-sama berfungsi sebagai panduan menuju masa depan berkelanjutan. Dokumen tersebut diharapkan mampu mendorong tindakan kolektif untuk mengatasi perubahan iklim, keanekaragaman hayati dan polusi sambil menekankan kebutuhan mendesak untuk melindungi Planet Bumi. “Al Mizan lebih dari sekedar dokumen; ini adalah katalis untuk perubahan. Hal ini memberikan kerangka kerja bagi individu, komunitas, dan lembaga untuk menerjemahkan nilai-nilai Islam ke dalam tindakan nyata,” kata Direktur Koalisi Iman untuk Bumi UNEP Iyad Abumoghli dilansir dari TRT World.
“Meskipun didasarkan pada prinsip-prinsip Islam, Al Mizan menyebarkan pesannya kepada orang-orang dari semua agama dan latar belakang. Hal ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk tindakan kolektif di seluruh dunia, mengakui bahwa tantangan lingkungan melampaui batas-batas agama dan budaya,” tambahnya.
Dokumen hasil karya cendikiawan Islam ini bahkan dinilai setara dengan Laudato Si karya Paus Fransiskus — yang diluncurkan pada tahun 2015 dan dipandang sebagai dokumen Vatikan paling komprehensif yang berpusat pada lingkungan, etika, dan iman Kristen. Al Mizan disebut sebagai karya dari sebuah kelompok internasional yang terdiri dari para teolog lingkungan Muslim dan cendekiawan dari berbagai bidang. Mereka berlatar belakang keislaman yang memiliki pengalaman praktis luas dalam pekerjaan lingkungan dan iklim berbasis agama.
Inisiatif ini dipimpin oleh Yayasan Islam untuk Ilmu Ekologi dan Lingkungan (IFEES) yang berbasis di Inggris dan difasilitasi oleh Koalisi Iman untuk Bumi UNEP. Mitra utama lainnya termasuk Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Dunia Islam (ICESCO), Universitas Uskudar, Universitas Hamad, Quranic Botanic Garden dan Anaq el Ard.
Menurut Fazlun Khalid, direktur pendiri IFEES, “Al Mizan sebagai cahaya penuntun, terinspirasi oleh iman dan didorong oleh tanggung jawab, untuk membangun masa depan yang lebih berkelanjutan bagi diri kita sendiri dan generasi mendatang."
Salah satu anggota tim perumus, Dr. Ibrahim Ozdemir, mengatakan dokumen tersebut “mewakili suara yang kuat, mengingatkan kita bahwa agama Islam menyerukan pengelolaan lingkungan yang aktif”.
Al Mizan didukung oleh Dewan Penasihat Muslim dan telah ditinjau oleh lebih dari 300 organisasi Islam dan internasional. Dokumen ini akan didukung oleh inisiatif seperti Akademi Al Mizan, dewan pemuda dan pertemuan puncak, serta konferensi dua tahunan, penghargaan global atas prestasi, dan inisiatif lainnya.
Dilansir dari laman UNEP, Al-Mizan: Perjanjian untuk Bumi menyajikan pandangan Islam terhadap lingkungan dalam upaya memperkuat tindakan lokal, regional, dan internasional dalam memerangi perubahan iklim dan ancaman lain terhadap planet ini. Dokumen tersebut merupakan pernyataan kembali prinsip-prinsip yang mengatur perlindungan alam dalam bentuk yang memenuhi tantangan saat ini. Dokumen tersebut mengkaji etika di balik pola sosial keberadaan manusia dan menyelidiki bagaimana mereka dapat dihidupkan saat ini dengan bekerja selaras dengan detak jantung alam. Setidaknya, ada lima bagian penting yang ada dalam Al-Mizan. Penilaian tentang kondisi bumi. Tanda-tanda kebesaran Tuhan bank di langit maupun di bumi. Etika dan etos ekologi dalam Islam. Kesamarataan, kewajaran dan keadilan dalam berbagi summer kehidupan hingga prinsip-prinsip dan praktik merawat bumi.
Environmentalisme sangat tertanam dalam pembuluh darah Islam. Dalam perspektif Islam, lingkungan merupakan perilaku pribadi dan bagaimana hal itu terwujud dalam pergaulan Muslim dengan orang lain dan memperhatikan hubungan 'kita' dengan alam dan makhluk hidup lainnya.
Prinsip-prinsip tersebut tumbuh dari landasan yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW menjadi serangkaian aturan dan lembaga yang mewujudkan ekspresi kehidupan yang benar-benar holistik. Hal ini didasarkan pada Alqur'an dan dapat diringkas menjadi tiga kategori yaitu mendorong kebaikan publik, melarang tindakan salah dan bertindak secukupnya setiap saat:
“Hendaklah ada suatu kelompok di antara kamu yang menyeru kepada yang baik, menganjurkan yang shaleh, dan mengharamkan yang munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (3:104)
Istilah Al-Mizan sendiri didasarkan pada QS Ar-Rahman (Yang Maha Penyayang) di mana Allah SWT menggambarkan penciptaan dalam keseimbangan sempurna:
“Yang Maha Penyayang,
Mengajarkan Al-Quran
Menciptakan Manusia
Mengajarinya Kefasihan
Matahari dan bulan bergerak dengan perhitungan yang tepat
dan bintang-bintang serta pepohonan bersujud
dan surga Dia angkat dan berikan keseimbangan (Mizan)
Agar kamu tidak melampaui batas (Mizan)
dan menegakkan keadilan dan tidak mengurangi keseimbangan (Mizan)”
(Quran 55:1-9)