Gerakan Lingkungan Berbasis Keagamaan Sudah Mulai Tumbuh

Muslim di Indonesia justru telah menunjukkan berbagai variasi kepedulian lingkungan dan iklim melalui berbagai kegiatan dan gerakan

Mar 3, 2024 - 09:33
Gerakan Lingkungan Berbasis Keagamaan Sudah Mulai Tumbuh
Agama dan Lingkungan (Ilustrasi)

Para aktivis lingkungan berbasis agama, kepercayaan, dan kearifan lokal mendesak pemerintah untuk lebih serius menangani kerusakan lingkungan. Mereka mendorong percepatan upaya pelestarian dan penanggulangan krisis iklim, bukan sekadar retorika.

Desakan ini disampaikan dalam Diskusi Terarah bertajuk “Religious Environmentalism Action (REACT): Identitas Agama dan Aktivisme Lingkungan: Aktor, Strategi, dan Jaringan” yang berlangsung di Hotel Jambuluwuk Thamrin, Jakarta, pada 20-22 Februari 2024.

Diskusi yang diinisiasi oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, bersama Kedutaan Besar Belanda ini merupakan bagian dari proyek REACT yang bertujuan memperkuat aksi lingkungan hidup di Indonesia. Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Didin Syafruddin, menegaskan bahwa solusi krisis lingkungan hidup tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah dan politisi. “Sudah mulai tumbuh gerakan lingkungan berbasis keagamaan. Ketika agama dibawa-bawa, artinya ada hal yang urgent yang perlu ditangani bersama,” tuturnya. 

Koordinator Riset REACT, Testriono, menjelaskan bahwa diskusi ini bertujuan untuk mempelajari aktivisme lingkungan berbasis agama, kepercayaan, dan kearifan lokal serta membangun jaringan antar aktor-aktor tersebut. “Kami ingin menggali informasi terkait aktivisme lingkungan dan identitas agama langsung dari para aktivis,” katanya.

Diskusi ini menekankan pentingnya aktivisme lingkungan berbasis agama, kepercayaan, dan kearifan lokal dalam mengatasi krisis lingkungan. Salah satu peserta diskusi, perwakilan dari Green Faith Indonesia, Ita Rosita, menegaskan bahwa upaya melestarikan lingkungan betapapun sulit perlu terus diupayakan. Penggalangan kekuatan serta pengarusutamaan isu ini juga jadi tanggung jawab tokoh agama. “Tidak boleh putus asa. Kelompok agama adalah kelompok terbesar untuk perubahan,” jelasnya.

Sementara itu, perwakilan Kedutaan Besar Belanda, Edwin Arifin, mengungkapkan, kegiatan ini bertujuan membangun jejaring dalam menggerakan umat beragama untuk melakukan aksi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan. “Kami senang dengan komitmen komunitas agama di Indonesia yang memang sudah lama terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan,” katanya.

Dewan Penasehat PPIM UIN Jakarta Ismatu Ropi, menambahkan, PPIM UIN Jakarta sangat berharap kerjasama yang lebih solid di antara beberapa lembaga, dan peningkatan pertemuan secara berkala untuk meningkatkan pemahaman untuk upaya bersama ini. Koordinator Proyek REACT Saiful Umam berharap rekomendasi diskusi ini dapat ditindaklanjuti untuk mengarusutamakan isu lingkungan dalam diskursus agama. 

Diskusi terarah ini menghasilkan seruan bersama dari para aktivis, yang meliputi: Komitmen Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup * Pencegahan terhadap Kejahatan Lingkungan, dan Penegakan Hukum * Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana * Revitalisasi Nilai-Nilai Keagamaan, Kepercayaan dan Kearifan Lokal * Kerja sama Pemerintah dan Masyarakat Aktivis lingkungan berbasis agama, kepercayaan, dan kearifan lokal, meyakini bahwa komitmen ini tidak hanya menjadi fondasi, tetapi juga pendorong kuat untuk mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan dan seimbang di Indonesia. 

Para aktivis juga mengeluarkan pernyataan seruan bersama untuk membangun masa depan Indonesia yang berkelanjutan melalui peningkatan kualitas lingkungan hidup yang ditujukan kepada  Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, serta kementerian dan lembaga terkait. 

  1. Komitmen Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Mendorong pemerintah Indonesia, di tingkat pusat maupun daerah, untuk memberikan komitmen nyata terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup. Kami mendesak pemerintah untuk terus menerus mengedukasi publik dalam pemeliharaan lingkungan dan berkomitmen melakukan penanganan berbagai masalah lingkungan hidup dan bencana ekologi, terutama terkait dampak perubahan iklim, emisi, deforestasi, serta manajemen sampah dan limbah.
  2. Pencegahan Terhadap Kejahatan Lingkungan, dan Penegakan Hukum Mendesak pemerintah untuk secara konsisten mencegah dan menindak keras kejahatan lingkungan yang menghancurkan ekosistem, mengganggu kesehatan masyarakat, menimbulkan kerugian negara, menurunkan kewibawaan negara, menghancurkan kebudayaan, serta menghilangkan moral dan spiritualitas terhadap lingkungan hidup.
  3. Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Mendorong pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk selalu berkomitmen melakukan pencegahan, mitigasi dan adaptasi dalam upaya pengurangan risiko bencana.
  4. Revitalisasi Nilai-nilai Keagamaan, Kepercayaan dan Kearifan Lokal Mendesak pemerintah untuk membuat regulasi yang pro lingkungan hidup, serta mengakui dan menjadikan kekuatan tradisi agama, kepercayaan dan kearifan lokal sebagai pilar moral dan etika dalam penanganan masalah lingkungan hidup dan bencana ekologi.
  5. Kerja Sama Pemerintah dan Masyarakat Mendorong terciptanya kerja sama yang kokoh dan berkelanjutan antara pemerintah dan masyarakat. Dalam konteks penanganan berbagai masalah lingkungan hidup dan bencana ekologi, kita harus menggali pemahaman mendalam tentang kesejatian tradisi agama-agama, kepercayaan dan kearifan lokal untuk membangun kesadaran lingkungan yang berlandaskan pada kemaslahatan bersama. Terakhir, aktivis lingkungan hidup berbasis agama, kepercayaan, dan kearifan lokal meyakini bahwa komitmen ini tidak hanya menjadi fondasi, tetapi juga pendorong kuat untuk mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan dan seimbang di Indonesia. 

Dalam pernyataan lainnya, Streering Comittee MOSAIC Rika Novayanti mengatakan, sering terjadi kesalahpahaman dari riset dan organisasi dunia yang pernah menyebut Indonesia sebagai kalangan yang apatis (climate denial) terhadap iklim. Padahal, ada konteks-konteks keimanan yang gagal ditangkap oleh berbagai periset global tersebut, misalnya konteks kebutuhan untuk mengakui kuasa Tuhan dalam setiap kejadian alam sebagai bentuk berserah diri.

Menurut dia, Muslim di Indonesia justru telah menunjukkan berbagai variasi kepedulian lingkungan dan iklim melalui berbagai kegiatan dan gerakan, mulai dari doa bersama hingga membentuk gerakan masjid hijau. Dia mengungkapkan, berbagai fatwa juga telah dikeluarkan terkait persoalan lingkungan.Bahkan, beberapa pendekatan awal terhadap masalah lingkungan seperti kebakaran hutan dan kekeringan seringkali sangat religius karena punya kepedulian terhadap sosial dan lingkungan seperti: istighosah, mujahadah, dan shalat Istisqa’.