Saat Mangrove Jadi 'Senjata' Perempuan Antisipasi Perubahan Iklim
PP Aisyiyah melakukan penanaman mangrove untuk memperkuat ketangguhan perempuan di kawasan bencana.

Indonesia menghadapi dampak perubahan iklim yang dirasakan terutama bagi perempuan dan anak. Dikutip dari Media Indonesia, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengatakan, saat terjadi bencana akibat perubahan iklim, perempuan dan anak memiliki resiko kematian lebih tinggi 14 kali lipat dari laki-laki. Perempuan harus mengalami krisis pangan, air bersih, rob, hingga kerentanan terhadap kekerasan berbasis gender akibat masalah tersebut, terlebih bagi mereka yang tinggal di daerah pesisir.
Sebagai sebuah organisasi dakwah di bidang perempuan, ‘Aisyiyah, melalui Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat Aisyiyah dan Lazismu PP Muhammadiyah bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan LLHPB PWA Jawa Tengah dan PDA Demak, melakukan penanaman pohon manggrove di Pantai Gemulak, Dukuh Dalema, Desa Gemulak Sayung, Demak, Jawa Tengah, pada Ahad (12/5/2024).
Ketua LLHPB PP ‘Aisyiyah, Rahmawati Husein menyampaikan, kegiatan ini dilakukan dalam upaya memperkuat ketangguhan perempuan terhadap bencana di kawasan pesisir. “Ini menjadi salah satu program LLHPB PP ‘Aisyiyah untuk menjawab isu-isu strategis yang sudah diputuskan di Muktamar dan diharapkan menjadi tonggak untuk melakukan pengurangan risiko bencana di kawasan pesisir di seluruh Indonesia khususnya pesisir-pesisir yang rawan rob, abrasi, maupun pesisir-pesisir yang rawan terhadap bencana tsunami,” terang dia dalam keterangan tertulis.
Kegiatan penanaman mangrove ini disebut Rahmawati juga menjadi bagian dari kegiatan penguatan kapasitas perempuan untuk menyelamatkan bumi bersama. Karena selain melakukan penanaman manggrove di daerah pantai, LLHPB juga melakukan penanaman 1 juta pohon di daerah hulu atau daerah pegunungan untuk mengurangi banjir dan longsor. “Kita berharap ‘Aisyiyah seluruh Indonesia bergerak untuk merawat bumi,” tegasnya.
Ketua Umum PP Aisyiyah, Salmah Orbayinah berharap, program penanaman mangrove ini tidak hanya berlangsung di awal tetapi bisa berjalan berkelanjutan termasuk dalam proses perawatannya sehingga akan memberikan kemanfaatan yang maksimal. ‘Aisyiyah disebut Salmah, bertanggungjawab untuk menjaga lingkungan dan mengurangi risiko bencana. Hal ini juga menjadi salah satu program prioritas ‘Aisyiyah dan juga menjadi isu-isu strategis yang sudah dilontarkan ketika Muktamar.
“Isu strategis ini kemudian hari ini kita implementasikan dalam bentuk penanaman manggrove yang mungkin juga sudah berjalan di beberapa daerah dan salah satunya juga di kabupaten Demak ini, sehingga Insya Allah ‘Aisyiyah menunjukkan perannya dalam membantu pelestarian lingkungan, membantu habitat manggrove dan juga membantu pengurangan risiko bencana mengingat bahwa daerah Demak ini adalah daerah yang paling sering terkena rob, abrasi maupun banjir,”jelas dia.
Penanaman mangrove ini selaras dengan program 'Aisyiyah yang ditegaskan Salmah dalam pidatonya saat merayakan Milad ‘Aisyiyah ke 107. Bagi Salmah, tahun ini merupakan momentum yang penting bagi ‘Aisyiyah untuk terus menguatkan komitmen dalam melakukan dakwah kemanusiaan universal.
Salmah mengatakan, dakwah kemanusiaan semesta dimaknai sebagai dakwah yang melintas batas agama, bangsa dan negara. “Melalui tema Milad ke 107 ini ‘Aisyiyah mengingatkan kembali masyarakat Indonesia bahwa perempuan berkemajuan dalam perspektif Islam didorong untuk menjalankan peran keagamaan yang menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan semesta yang rahmatan lil-‘alamin,” jelasnya.
Berbagai peran menebar kebaikan dalam kemanusiaan semesta disebut Salmah telah dan akan terus dilakukan oleh ‘Aisyiyah. Peran tersebut antara lain melalui penyebarluasan dialog antaragama dan peradaban, penyelamatan ekosistem dan lingkungan hidup di tingkat global, gerakan perdamaian dunia, dan gerakan anti perang seperti dalam membela bangsa Palestina dari agresi Israel, perlindungan perempuan dan anak dari segala ancaman kekerasan sebagai perwujudan dari dakwah rahmatan lil-‘alamin.
“‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah, dihadirkan untuk mewujudkan kehidupan perempuan berkemajuan dalam seluruh aspek kehidupan. Perempuan berkemajuan adalah alam pikiran dan kondisi kehidupan perempuan yang maju dalam segala aspek tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi baik secara struktural maupun kultural,”ujar dia.
SDGs
Sebagai sebuah komunitas agama, Aisyiyah pun memiliki program tersendiri dalam melakukan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) lewat mobilisasi sumber daya, jaringan, dan otoritas moral untuk memberikan solusi dari masalah kemiskinan, ketidaksetaraan gender, degradasi lingkungan, dan perdamaian.
Sekretaris Umum PP 'Aisyiyah, Dr. Tri Hastuti Nur Rochimah, mengatakan bahwa 'Aisyiyah telah melakukan berbagai ijtihad dan bentuk dakwah untuk mencapai tujuan-tujuan SDGs, terutama di bidang sosial dan kesehatan. Sebagai bukti komitmen internasional, 'Aisyiyah memiliki sepuluh cabang khusus di berbagai negara yang fokus pada pendidikan, hukum, dan hak asasi manusia, yang semuanya sejalan dengan tujuan SDGs.
Tri Hastuti mengungkapkan sebagai sebuah LSM, 'Aisyiyah mengembangkan matriks untuk mengukur kontribusinya terhadap pilar-pilar SDGs. Dalam strateginya PP 'Aisyiyah, beberapa fokus utama yakni menghapus kemiskinan dan kelaparan, kehidupan yang sehat dan sejahtera, pendidikan yang berkualitas, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi layak, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi serta penanganan perubahan iklim.
Hal itu disampaikannya saat menjadi narasumber The 8th IDACON 2024 (International Da'wah Conference) yang bertema 'The Contribution of Religious Communities for Achieving Suistainable Development Goals. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Lembaga Penelitian Pengembangan Aisyiyah (LPPA) Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA) dan Faith To Action Network di hotel Loman, Yogyakarta, Jum'at (17/05).