MLH Muhammadiyah Tanam Seribu Pohon Mangrove

Penanaman mangrove merupakan bagian dari program Eco-Village untuk merespons perubahan iklim akibat naiknya permukaan air laut.

May 2, 2024 - 13:15
May 2, 2024 - 14:18
MLH Muhammadiyah Tanam Seribu Pohon Mangrove

Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat (MLH PP.) Muhammadiyah melakukan penanaman 1000 Pohon Mangrove di Kulon Progoro, DIY. Menurut Ketua MLH Azrul Tanjung, penanaman pohon tersebut merupakan bagian dari program Eco-Village didalam meresponse Perubahan Iklim akibat dari naiknya permukaan air laut dan terjadinya abrasi di sepanjang Selatan pantai Jawa. 

Kegiatan dilakukan di Kelompok Tani Hutan Mangrove (KTH) Pasir Kadilangu, seluas 25 hektar di Temon Kulon Progro, Daerah Istimewa Yogyakarta. Azrul Tanjung menyampaikan, MLH akan terus melanjutkan melakukan penanaman pohon baik di KTHM Kadilangu sebanyak 50.000 pohon maupun di sepanjang selatan Pulau Jawa. Dia berharap, untuk sepanjang pantai selatan Jawa MLH bisa menanam 1 juta pohon."Kita berharap KTH Kadilangu ini menjadi pilot project untuk kita tanam sampai selesai, sisa masih 50.000 pohon lagi akan kita tanam" ujarnya. 

Ke depan, dia berharap, program tersebut bisa manggandeng Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK RI). Menurut dia, program itu bisa diiringi dengan pemberdayaan terhadap masyarakat dan pengembangan eko-wisata. "Khusus untuk KTH ini kan lokasinya dekat ke Bandara, Jogja juga merupakan ibu kota Muhammadiyah. Kalau dikembangkan dengan insfarstuktur wisata yang ada ini bisa menjadi tempat kegiatan-kegiatan Muhammadiyah se-Indonesia di Jogja, sekaligus memberikan pemasukan kepada masyarakat" imbuh Azrul yang juga merupakan Wasekjen Majelis Ulama Indoensia (MUI) tersebut. 

Penanaman 1000 pohon mangrove tersebut merupakan kerjasama MLH PP. Muhammadiyah, Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (LPM UMY), dan BPDAS Serayu Opak Progoro. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 100 orang peserta dari mahasiswa Ilmu Pemerintahan UMY, anggota KTHM dan Masyarakat Kulon Progo.

Penanaman mangrove sebelumnya juga diperkenalkan bagi para pelajar Muhammadiyah. Sebanyak 126 siswa SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta mengikuti kegiatan penanaman mangrove. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari proses edukasi terkait budi daya mangrove di Maerokoco Semarang, pada Kamis (4/1). Dipilihnya destinasi Taman Maerokoco karena sesuai dengan tema mengenalkan hidup yang berkelanjutan sebagai proyek penguatan profil pelajar pancasila, dilansir dari portal Muhammadiyah, yakni laman suaramuhammadiyah.

Saat tiba di Maerokoco Semarang, siswa-siswi disambut oleh pemandu wisata. Para siswa mendapatkan penjelasan tentang budi daya dan proses penamanan mangrove di Anjung Surakarta. Menurut Topo, penanaman pohon mangrove memiliki banyak fungsi dalam menjaga ekosistem alam. “Hutan mangrove bisa berfungsi melindungi garis pantai, sebagai penghalang alam terhadap badai dan banjir, melindungi garis pantai dari erosi dan membantu mengurangi dampak bencana alam,” jelasnya.

Setelah diberikan penjelasan pentingnya pohon mangrove, para siswa diajak mengenal pohon mangrove lebih dekat. Menariknya, mereka diajak menanam pohon mangrove bersama dengan tim maerokoco. Terlihat para siswa cukup antusias karena baru pertama kali menanam pohon mangrove. 

Akhdan Zhafif Abadi, salah satu siswa mengaku senang dan mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan tersebut. Ia menyampaikan menanam pohon mangrove di pesisir laut sangat diperlukan agar menguraingi dampak abrasi yang terjadi akibat gerakan air laut. Selain itu, hutan mangrove menjadi tempat tumbuh berkembang habitat berupa tumbuhan dan hewan. 

Sementara itu, Hermawan Adi Saputra, guru pendamping, menekankan pentingnya kegiatan outing class di kawasan hutan mangrove karena memberikan pesan edukasi kepada para siswa untuk menjaga keberlangsungan kehidupan yang berkelanjutan. “Dengan ini siswa bisa mengamati secara langsung budi daya penanaman mangrove dan meningkatkan rasa cinta terhadap lingkungan,” jelasnya. 

Para siswa berkeliling di hutan mangrove yang didesain layaknya miniatur kota atau kabupaten Jawa Tengah. Mereka melihat bangunan yang berfungsi sebagai ruang publik seperti Anjungan Suci dan salinan Masjid Agung Demak. 

Selain itu, hal yang membuat para siswa tertarik adalah berjalan-jalan menyusuri hutan mangrove dan menyusuri jalan setapak. Jalan ini terbuat dari papan kayu dan terletak di atas danau yang mengelilingi kawasan Grand Maerokoco. Terlihat beberapa armada kapal dan kereta kelinci dari sana. Meski suasana panas, para siswa merasa senang dan menikmati.