Survei: Nasabah Muda Minta Perbankan Prioritaskan Pembiayaan ke Energi Terbarukan
Taksonomi yang tidak kredibel justru dapat membuat investor iklim dan hijau ragu untuk berinvestasi di Indonesia.
MOSAIC-INDONESIA.COM, JAKARTA -- Enter Nusantara meluncurkan riset sederhana yang mengungkap kesadaran tinggi nasabah muda terhadap dukungan finansial bank domestik kepada industri batu bara. Laporan tersebut mendesak institusi keuangan untuk segera menghentikan alokasi dana yang dinilai menghambat komitmen iklim nasional.
Dalam acara peluncuran di Ruang Belajar Alex Tilaar, Jakarta, Senin (27/10/2025), Enter Nusantara mengungkapkan, bank-bank domestik sejak 2016 hingga 2022 telah menyalurkan pinjaman masif senilai sekitar 19,5 miliar dolar AS—setara lebih dari Rp305 triliun (kurs estimasi)—ke sektor energi fosil. Jumlah tersebut terbilang kontras dengan alokasi ke proyek energi terbarukan yang hanya berkisar USD 1,7 miliar—setara dengan sekitar Rp28,286 triliun rupiah.
Hasil riset yang Enter Nusantara lakukan terhadap nasabah muda dengan rentang usia 17-35 tahun di Jabodetabek menunjukkan indikasi kuat bahwa ternyata generasi ini siap mengambil tindakan. “Dari hasil survey membuktikan bahwa generasi muda telah memberikan mandat perubahan, bahwa transparansi adalah trigger aktivisme. Laporan ini krusial untuk merumuskan strategi advokasi terukur guna mendesak bank, termasuk Danantara, agar memprioritaskan transparansi dan transisi ke energi terbarukan, demi memenuhi komitmen iklim Indonesia,” ujar Project Lead #BersihkanBankmu, Ramadhan.
Lihat postingan ini di Instagram
Laporan ini juga menyoroti dilema produksi batu bara nasional. Pada saat Indonesia berada di garis depan krisis iklim, lebih dari 88% sumber listrik masih bertumpu pada bahan bakar fosil, di mana 60%-nya berasal dari batu bara. Ironisnya, pada 2024, produksi batu bara Indonesia mencapai rekor tertinggi, menembus 836 juta ton—meningkat hampir 8% dari tahun sebelumnya. Proyeksi kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik bahkan diperkirakan terus meningkat dari 90 juta ton saat ini menjadi 150-160 juta ton pada tahun 2028-2030.
Peran Danantara
Riset sederhana yang dilakukan oleh Enter Nusantara secara spesifik menganalisis peran Danantara, sebagai pengelola investasi strategis BUMN, yang memegang kendali atas bank-bank penyandang dana batu bara terbesar di Indonesia. Hasil tersebut menjadi dasar bagi Enter Nusantara dan mitra CSO untuk meningkatkan tekanan publik demi mendorong perubahan kebijakan investasi yang lebih berkelanjutan. Sesi diskusi panel yang melibatkan Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Enter Nusantara, dan Energy Shift Institute menyoroti bahwa akuntabilitas lembaga keuangan, khususnya Danantara dan bank domestik, sangat krusial dalam menentukan arah masa depan energi Indonesia.
Para pakar menekankan, bank harus bertanggung jawab dan segera mengarahkan investasi mereka ke energi bersih. “Sebagai masyarakat kita harus menuntut pemerintah begitu juga perbankan untuk lebih terbuka mengenai transparansi uang kita. Karena ketika kita mempunyai informasi yang sempurna, kita bisa memutuskan sesuatu dengan lebih baik,”kata Researcher CELIOS, Rani Septyarini.
“Jika Indonesia serius ingin menarik investasi hijau, maka OJK, BKF, dan kementerian harus mulai menjawab pertanyaan apakah taksonomi yang sekarang mendorong atau memperlemah sinyal transisi energi terhadap pasar? Taksonomi yang tidak kredibel justru dapat membuat investor iklim dan hijau ragu untuk berinvestasi di Indonesia. Indonesia harus melihat ke depan dan memberikan batasan tegas untuk PLTU batu-bara tidak disertakan dalam kategori hijau maupun transisi. Ini adalah langkah yang sangat penting untuk meyakinkan investor hijau bahwa Indonesia serius dalam melakukan transisi hijau,” jelas Senior Analyst Energy Shift Institute, Nabila Gunawan.
“Kita nggak mau masa depan tempat kita hidup harus semakin rusak akibat uang kita digunain buat mendanai industri kotor batu bara. Bank di Indonesia harus transparan soal ke mana dana publik mereka mengalir. Kita semua, anak muda berhak tahu, uang mereka digunakan untuk apa. Karena uang kita mewakili tindakan kita!” tegas Program Manager Enter Nusantara, Nabila Putri.
Pemaparan hasil riset sederhana ini diharapkan dapat menjadi katalisator, mendorong bank-bank domestik dan Danantara untuk segera menghentikan pendanaan batu bara dan mempercepat agenda transisi energi yang adil dan berkelanjutan di Indonesia.