Panel Surya dan Gema Azan di Kaki Rinjani

Listrik yang menyalakan speaker masjid berasal dari belasan panel surya yang terpasang di samping dan atap masjid

Oct 19, 2023 - 21:01
Panel Surya  dan Gema Azan di Kaki Rinjani
Panel Surya  dan Gema Azan di Kaki Rinjani
Panel Surya  dan Gema Azan di Kaki Rinjani

Matahari baru akan tergelincir di Desa Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (28/3). Seperti yang sudah-sudah, Tihin Todi sang muazin bersiap mengumandangkan azan pertanda waktu zhuhur tiba. "Allahuakbar, Allahuakbar!" Suara marbut Masjid Al-Ummah Al-Islamiyah itu menggema di seantero langit Sembalun.

Siang itu, azan Tihin berbeda dengan hari-hari biasanya. Suara pelantang masjid bisa bergema tunggal tanpa ada sahutan azan lain dari masjid tetangga. Padamnya listrik PLN sejak menjelang siang memang membuat speaker masjid-masjid di lingkungan Sembalun tidak berfungsi. "Hanya dari masjid ini suara azan yang bisa terdengar," ujar Muhammad Syahidul Wathan, takmir masjid, saat berbincang dengan Republika.

Sudah sepekan pihak pengurus masjid mencoba untuk tidak menggunakan listrik dari PLN. Listrik yang menyalakan speaker masjid berasal dari belasan panel surya yang terpasang di samping dan atap masjid. Di bagian samping aula, ada 12 panel yang terpampang. Setiap panel memiliki kapasitas daya hingga 200 watt. Sementara itu, ada lima panel yang terpasang di atap. Lebar dan kapasitas setiap panel tersebut lebih besar dari panel yang berada di samping yakni bisa mencapai hingga 460 watt.

Setiap panel memiliki puluhan sel surya yang disusun secara seri dan paralel. Mereka berfungsi menyerap energi foton dari matahari untuk kemudian diubah menjadi listrik. Energi matahari yang sudah diubah menjadi listrik arus bolak-balik (alternating current/AC) tersebut lantas dialirkan masuk ke inverter untuk dikonversi menjadi listrik searah (direct current/DC).

Setelah diubah, listrik yang sudah berformat DC itu kemudian disimpan ke dalam dua baterai besar yang masing-masing memiliki kapasitas 4.800 watt. Energi di dalam baterai ini yang mengaliri listrik untuk kebutuhan penerangan dan aliran air di dalam masjid.

Panel surya ini mampu menyerap energi listrik hingga 300 Watt jika hari sedang cerah. Apabila curah hujan sedang tinggi dan cuaca berkabut, energi yang bisa diserap panel surya berkurang. "Seperti hari ini, yang diserap 130 watt," ujar Ayub, salah seorang pengurus masjid yang sudah mendapatkan pelatihan untuk merawat panel Surya.

Menurut Wathan, sudah sepekan ini masjid menggunakan tenaga surya. Pihak dewan kemakmuran masjid (DKM) juga bisa lebih berhemat. Biasanya, mereka harus mengalokasikan dana untuk membayar tagihan listrik masjid yang terletak di kaki Gunung Rinjani itu. Selain lebih efisien, mereka bisa terhindar dari dampak pemadaman listrik PLN. "Kabel PLN itu kan melewati hutan jadi tidak stabil. Kalau ada badai atau hujan besar listrik langsung padam,"ujar Wathan.

Tidak hanya masjid yang menikmati keberadaan panel surya tersebut. Ada sekolah, TK dan beberapa rumah warga yang juga mendapatkan manfaat dari energi bersih ini. Listrik dari panel surya bahkan bisa menerangi tujuh titik lampu jalan yang sudah lama padam.

Panel surya yang terpasang di atap merupakan buah dari program Sedekah Energi yang diinisiasi Kolaborasi Umat Islam untuk Dampak Iklim (MOSAIC). Sementara itu, panel surya di samping masjid adalah program dari sebuah organisasi sosial lain yang kemudian direvitalisasi oleh program Sedekah Energi.

Wathan bersyukur ada program panel surya di masjid itu. Selain bisa terhindar dari dampak pemadaman listrik akibat cuaca, keberadaan panel surya itu bisa menghidupkan kembali pompa air yang digunakan warga untuk berwudhu dan aktivitas sehari-hari, bahkan untuk mengairi perkebunan di sekitar masjid. “Masalah yang kami hadapi adalah kekeringan. Kemarin karena keterbatasan aliran listrik, kami kekurangan air. Untuk berwudhu saja, jamaah harus pulang ke rumah. Kami bahkan harus membeli air menggunakan truk jungkit untuk disalurkan ke masyarakat,” ujar pria yang juga menjabat sebagai sekretaris desa itu.

Panel surya yang telah terpasang memenuhi 100 persen kebutuhan listrik masjid yang menjadi pusat aktivitas ibadah dan sosial bagi lebih dari 100 jamaah. Muhammad Ali Yusuf, Dewan Pengarah MOSAIC dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU), menegaskan, masjid lebih dari sekadar tempat ibadah.

Menurut dia, masjid merupakan pusat kegiatan sosial bagi masyarakat. Untuk itu, dia menjelaskan, sudah menjadi tanggung jawab semua pihak untuk menyebarkan kesadaran tentang pentingnya peralihan ke sumber energi terbarukan dari masjid.

Melalui Sedekah Energi, MOSAIC berupaya mendorong penggunaan energi yang tidak merusak lingkungan dan minim polusi sebagai salah satu solusi dari permasalahan iklim. Selain itu, MOSAIC mendorong kolaborasi kelompok muslim untuk muncul sebagai pemimpin yang rahmatan lil alamin dalam menjawab tantangan dampak iklim melalui pendekatan yang sejalan dengan nilai-nilai keislaman.

Inisiatif Sedekah Energi yang pertama dilaksanakan di Masjid Al-Ummah Al-Islamiyah PP Yami, Sembalun, Lombok Timur. Sedekah dapat terjadi melalui dua arah, yaitu sedekah untuk pengadaan teknis panel surya berikut peningkatan kapasitas masyarakat dan sedekah dari masyarakat sekitar dalam mengelola dan merawat sistem panel surya.

Koordinator Sedekah Energi Elok Faiqotul Mutia menjelaskan bahwa selain memberikan bantuan berupa panel surya, warga juga mendapatkan pelatihan dan transfer pengetahuan. “Di Sembalun kami telah memberi pelatihan pemeliharaan dan pengoperasian panel surya kepada 14 pria dan 5 wanita. Diharapkan 19 warga tersebut dapat mengambil peran dalam pemeliharaan mandiri sehingga panel surya dapat berfungsi dengan baik hingga 25 tahun mendatang," ujar dia.