Hentikan Kantong Plastik Daging Kurban, Pilih Bahan Ramah Lingkungan
Timbulan sampah yang terjadi sebagai bagian perayaan Idul Adha berpotensi mencapai 608 ton
JAKARTA — Pendistribusian daging kurban setelah dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) atau rumah ibadah kerap menghasilkan sampah plastik baru. Untuk itu, beberapa panitia kurban Idul Adha 1445 H baik dari perusahaan maupun masjid menggunakan bahan organik sebagai alternatif pengganti kemasan daging kurban.
Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Dharma Jaya contohnya. Perusahaan rumah potong hewan pelat merah tersebut menggunakan kemasan wadah besek bambu untuk mendistribuskan daging kurban ke masyarakat sekitar.
"Untuk penyediaan daging kurban yang ramah lingkungan, kami gunakan wadah besek bambu ini, dan ini cukup praktis karena bisa dibawa dengan mudah dan aman," ujar Direktur Bisnis Perumda Dharma Jaya Irwan Nusyirwan ketika ditemui Antara di RPH Perumda Dharma Jaya, Jakarta, Senin.
Ia menyampaikan hal itu berkaitan dengan upaya Perumda Dharma Jaya menyediakan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah dengan kemasan yang ramah lingkungan guna mengurangi produksi sampah yang sulit terurai.Irwan menjelaskan, pada momentum Idul Adha ini, jumlah sapi yang dipotong di RPH Dharma Jaya sebanyak 80 ekor.
Sebagian besar daging tersebut dikemas dalam ribuan besek bambu yang dipasok dari pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jakarta. Pemanfaatan wadah besek bambu akan bertambah karena Perumda Dharma Jaya menargetkan jumlah sapi kurban yang akan dipotong selama dua hari ke depan sebanyak 160 ekor sehingga total menjadi 240 ekor."Jadi selain untuk menjaga lingkungan, penggunaan wadah dari anyaman bambu ini juga memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi pelaku UMKM," ujarnya.
Irwan mengatakan, daging kurban yang disediakan dalam perusahaan tersebut sesuai dengan pesanan dari berbagai pihak seperti instansi pemerintah, BUMD, BUMN, swasta, maupun warga secara individual. Daging kurban akan disalurkan langsung ke masyarakat di berbagai wilayah di Jakarta sesuai dengan keinginan pihak yang berkurban.
Selain besek bambu, kantong plastik biodegradable atau plastik yang mudah terurai menjadi pilihan sebagai wadah untuk menyalurkan daging kurban. Penggunaan plastik ini dilakukan karena terdapat imbauan pemerintah untuk menghindari penggunaan kantong plastik sekali pakai. "Kita menggunakan plastik yang ramah lingkungan, yang biodegradable," kata Muhamad Syarifudin selaku Panitia Idul Adha 1445 H Masjid Cut Meutia di Jakarta, Senin (17/6/2024) dilaporkan Antara.
Dia menjelaskan, pemilihan kantong plastik biodegradable dilakukan setelah muncul imbauan dari pemerintah termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Pemprov DKI Jakarta untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai sebagai wadah daging kurban. Pemilihan penggunaan kantong plastik biodegradable juga dilakukan di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta.
Wakil Sekretaris Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa sekaligus Ketua Panitia Idul Adha 1445 H, Pudji Astuti ketika ditemui di Jakarta, menyampaikan pihaknya juga menggunakan kantong plastik mudah terurai untuk menyalurkan daging kurban. Dia menjelaskan, pemilihan kantong plastik biodegradble dilakukan karena menggunakan bahan-bahan alami sebagai wadah berpotensi mudah robek, berdasarkan pengalaman Idul Adha tahun lalu.
Kantong plastik biodegradable sendiri diklaim dapat terurai dengan mudah secara hayati karena terbuat dari bahan berbasis biopolimer atau dikenal juga sebagai polimer organik. Laporan UN Environtment pada 2015 menyimpulkan plastik biodegradable hanya dapat hancur dengan sempurna dalam kondisi suhu di atas 50 derajat dan bukan alam bebas.
Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengajak masyarakat Jakarta untuk menerapkan kurban ramah lingkungan, yaitu tidak mencemari lingkungan dengan membuang limbah sembarangan."Kurban ramah lingkungan ini diharapkan diterapkan oleh masyarakat," kata Humas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Yogi Ikhwan saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, pada pelaksanaan kurban Idul Adha 1445 Hijriah, DLH DKI Jakarta terus mengampanyekan kurban ramah lingkungan atau "eco qurban" dalam rangka mengajak masyarakat sadar dalam mengelola limbah yang dihasilkan.
Yogi menjelaskan bahwa kurban ramah lingkungan, yaitu penerapan prosesi penyembelihan hewan kurban hingga pembagiannya mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Di antaranya menjaga tempat pemotongan hewan serta tidak membuang limbah ke selokan atau badan air.
Selain itu, warga juga tidak menggunakan kantong plastik dalam membagi daging kurban, membawa tempat untuk mengambil daging serta mengubur limbah dengan menggali tanah."Limbah-limbah yang dihasilkan juga bisa dijadikan kompos. Jangan dibuang sembarangan," tuturnya.
Yogi juga mengatakan bahwa DLH DKI menggelar kampanye "Eco Qurban" di media sosial yang bertajuk "Kurban Berkah Bebas Sampah" bekerjasama dengan Tunas Muda Care (TCare).
"Lomba ini mengajak seluruh warganet di Jakarta untuk membuat konten video reels tentang pelaksanaan kurban yang ramah lingkungan untuk mengarusutamakan penerapan kurban ramah lingkungan ini di DKI Jakarta," kata dia.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan timbulan sampah yang terjadi sebagai bagian perayaan Idul Adha berpotensi mencapai 608 ton sampah kantong plastik sekali pakai. Mayoritas dari timbulan sampah itu berasal dari kegiatan pembagian daging kurban.
Mengantisipai hal tersebut, KLHK kemudian mengeluarkan imbauan yang tertuang dalam Surat Edaran Menteri LHK Nomor: SE.6/MENLHK/PSLB3/PLB.0/6/2014 tentang Pelaksanaan Hari Raya Idul Adha Tanpa Sampah Plastik pada 13 Juni lalu.
Lewat edaran itu, KLHK mengimbau agar masyarakat tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai dalam membagikan daging kurban. Wadah daging kurban dapat diganti dengan bahan alami seperti daun pisang dan jati, atau memakai besek dan bongsang yang berbahan bambu.