Faith Pavilion COP29: Kontribusi Agama dalam Menuntaskan Permasalahan Iklim
Faith Pavilion dinilai akan menyatukan kembali koalisi global ini untuk memberikan wawasan agama dan moral.
MOSAIC-INDONESIA.COM, JAKARTA -- Seiring meningkatnya krisis iklim global, Faith Pavilion atau Paviliun Iman, yang diinisiasi oleh Majelis Hukama Muslimin (Muslim Council of Elders) diharapkan mampu memainkan peran penting di Konferensi Perubahan Iklim (COP29) Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang diselenggarakan di Baku, Azerbaijan, November ini.
Paviliun Iman yang diadakan perdana di COP28 di Uni Emirat Arab pada 2023 lalu mendapat partisipasi global dan pengakuan internasional yang luas. Paviliun ini pun diharapkan akan kembali mampu menyatukan koalisi beragam yang terdiri dari 97 organisasi. Puluhan organisasi tersebut mewakili sebelas agama dan sekte kepercayaan yang berbeda. Komunitas umat beragama akan menawarkan perspektif moral dan etika yang unik untuk meningkatkan aksi iklim, dilansir dari laman muslim-elders.com.
Faith Pavilion dinilai akan menyatukan kembali koalisi global ini untuk memberikan wawasan agama dan moral tentang penguatan upaya iklim melalui program yang komprehensif, termasuk lebih dari 40 sesi diskusi yang mengeksplorasi integrasi spiritualitas dan etika ke dalam aksi iklim. Diskusi di paviliun tersebut akan mengulas pemulihan akar spiritual untuk mengatasi krisis iklim, mengeksplorasi dampak nonekonomi dari perubahan iklim melalui perspektif agama, memberdayakan para pelajar untuk mengatasi tantangan lingkungan melalui ajaran agama, peran kepemimpinan perempuan dalam mencapai keadilan iklim, membina kemitraan untuk adaptasi iklim, dan memanfaatkan kearifan adat dan lintas agama.
Pada COP29, Paviliun Iman juga akan mengeksplorasi topik lain terkait dengan gaya hidup berkelanjutan, desa ekologi yang terinspirasi oleh agama, pembiayaan iklim yang inovatif, dan dialog antargenerasi. Paviliun akan menyoroti prinsip-prinsip yang diuraikan dalam "Panggilan Hati Nurani: Pernyataan Bersama Abu Dhabi untuk Iklim," dalam kerangka kerja interaktif yang akan menjadikan Paviliun Iman sebagai pusat ide transformatif dan solusi kolaboratif. Upaya ini akan didorong oleh nilai-nilai bersama dan komitmen komunitas agama di seluruh dunia. Paviliun ini juga akan menekankan dedikasi bersama dari komunitas yang beragam ini untuk mengatasi tantangan lingkungan dan mengeksplorasi bagaimana ajaran spiritual dapat menginspirasi tindakan iklim yang mendesak.
Sekretaris Jenderal Majelis Hukama Muslimin Hakim Mohamed Abdelsalam, menggarisbawahi kebutuhan mendesak bagi aksi iklim untuk mengadopsi solusi inovatif yang didasarkan pada nilai-nilai etika dan pengetahuan ilmiah. Abdelsalam menekankan peran penting yang dimainkan oleh para pemimpin agama dan intelektual sebagai suara moral yang kuat yang mampu membimbing individu dan masyarakat untuk merangkul prinsip-prinsip keadilan dan keberlanjutan. Hakim Abdelsalam mencatat, Paviliun Iman di COP29 dibangun berdasarkan kesuksesan edisi perdana COP28 di Dubai. Paviliun ini juga bertujuan untuk memastikan keberlanjutan inisiatif COP28 sekaligus memperkuat upaya spiritual kolektif dalam mengatasi tantangan iklim.
Hakim Abdelsalam menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Komite Tinggi yang mengawasi persiapan COP28 atas dukungannya terhadap inisiatif Paviliun Iman selama COP28. Ia memuji komitmen komite untuk mempertahankan inisiatif penting tersebut sebagai platform permanen untuk dialog di antara para pemimpin pemikiran dan agama. Tujuannya, untuk mengidentifikasi solusi yang efektif untuk menjawab tantangan mendesak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.
Sementara itu, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), untuk pertama kalinya, akan menyajikan serangkaian sesi ilmiah di Paviliun Iman. Sesi-sesi diskusi difokuskan pada upaya menjembatani kesenjangan antara sains dan agama, menawarkan wawasan tingkat lanjut tentang krisis lingkungan sambil mendasarkan diskusi-diskusi ini pada kerangka etika dan spiritual. Kolaborasi ini menggarisbawahi pentingnya memadukan pengetahuan ilmiah dengan keharusan moral untuk mengatasi krisis iklim.
Paviliun Iman di COP29 juga akan terus membingkai perubahan iklim sebagai isu agama dan etika yang mendalam. Para pemimpin agama dari 11 agama dan sekte yang terwakili akan menyampaikan seruan kepada para pembuat kebijakan global, mendesak mereka untuk mempertimbangkan konsekuensi spiritual dan moral dari pengabaian lingkungan dan mengambil tindakan segera dan tegas untuk melindungi planet ini. Pembingkaian etika tersebut diharapkan dapat memengaruhi negosiasi COP29 yang lebih luas, mendorong para pembuat keputusan untuk memasukkan pertimbangan moral ke dalam strategi iklim masa depan mereka.
Menyadari peran penting kaum muda dalam perang melawan perubahan iklim, Paviliun Iman juga akan menampilkan para pemimpin muda dari berbagai latar belakang agama yang akan membawa perspektif baru dan menyoroti perlunya kolaborasi antargenerasi dalam mengatasi krisis iklim. Selain itu, paviliun ini akan menunjukkan inisiatif yang berhasil dijalankan oleh pemuda dan masyarakat buah dari kepemimpinan h organisasi berbasis agama, yang menunjukkan dampak nyata dari aksi iklim akar rumput.
Paviliun Iman di COP29 bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara pendekatan spiritual, ilmiah, dan berbasis kebijakan dengan mendorong kolaborasi di antara organisasi yang berpartisipasi, pemimpin agama, ilmuwan, dan pembuat kebijakan.
Mengapa MHM bicara masalah pemanasan suhu global?
Anggota Komite Eksekutif MHM Dr TGB M Zainul Majdi mengungkapkan, permasalahan iklim menjadi bagian dari upaya MHM untuk mencegah terjadinya konflik yang notabene merupakan lawan dari perdamaian. Dia menjelaskan, salah satu sumber konflik masyarakat global ke depan adalah ekses dari pemanasan global.
“Pemanasan global berdampak pada naiknya air laut, mengancam masyarakat pesisir yang juga adalah kelompok marginal. Pemanasan suhu global juga mengancam rantai pasokan pangan dan bisa menyebabkan penyakit yang tidak diketahui sebelumnya. Permasalahan global pada akhirnya akan menciptakan renteten dari konflik,” ujar dia.
TGB menjelaskan, MHM ikut berupaya membahas masalah pemanasan global karena ini tidak hanya menjadi tantangan ahli saintis, tapi juga ahli agama untuk menerjemahkan pesan-pesan agama. Dia menggarisbawahi sejumlah upaya telah diinisiasi MHM, antara lain menghadirkan Paviliun Iman pada COP28 di Abu Dhabi dan COP29 di Azerbaijan. Paviliun Iman ini menjadi platform bagi para tokoh agama untuk bertemu dengan para penentu kebijakan dunia dan berdialog hingga timbul kesepahaman bersama tentang masalah aksi iklim.
“Kita bersykur dalam kasus perubahan iklim, agama, sains, opini publik mengarah pada arah yang sama bahwa ini harus segera ditangani dengan sungguh-sungguh,” tegasnya.