Spirit Green Al-Maun demi Jaga Bumi
almaun, green almaun, muhammadiyah
JAKARTA -- Indonesia terungkap menjadi negara yang menduduki peringkat kelima dari tujuh negara penyumbang gas emisi terbesar. Fakta tersebut, ujar Wakil Ketua MLH PP Muhammadiyah Hening Parlan, menunjukkan jika permasalahan lingkungan hari ini sudah bergeser dari perubahan iklim menjadi krisis iklim.
Makna krisis di sini merujuk pada pemanasan bumi yang semakin besar dan banyaknya kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Menurut Hening, kerugian tersebut tidak hanya menyebabkan kerugian materil yang menyentuh Rp 100 triliun, namun berdampak pada kualitas hidup masyarakat. Oleh karenanya, Hening mengajak agar Muhammadiyah dapat berkontribusi lebih masif dalam menjaga lingkungan.
“Membangun gerakan hijau menjadi penting di era krisis iklim. Bencana hidrometerologi semakin besar dan berdampak terhadap kualitas hidup masyarakat seperti menurunnya pendapatan, hingga permasalahan sosial lainnya di masyarakat. Maka Muhammadiyah harus berkontribusi lebih,"kata Hening saat berbicara dalam kajian series ke-2 bertemakan “Membangun Green Movement Muhammadiyah pada Rabu (20/3/2024).
Muhammadiyah telah mengulas antisipasi dampak krisis iklim pada Muktamar ke-47 tahun 2015 tentang pentingnya energi terbarukan. Namun menurut Hening, sebagai gerakan moderat Muhammadiyah perlu membawa semangat Al-Ma’un pada gerakan-gerakan lingkungan.
Gerakan Green Al-Ma’un menjadi respon atas pengabaian manusia terhadap isu lingkungan. Menurut Hening, semangat tersebut dibangun atas tiga nilai dasar yaitu orang beriman yang berperilaku menjaga alam, pendekatan multidisiplin dalam mengatasi masalah lingkungan dan pendekatan secara berjamaah untuk mengatasi problem lingkungan. Ini dapat dimulai pola hidup yang hijau dimuali dari lingkaran kecil di keluarga, masyarakat dan Amal Usaha Muhammadiyah di berbagai sektor.
“Spirit green Al-Ma’un hadir sebagai respon atas pengabaian manusia terhadap permasalahan lingkungan. Muhammadiyah memiliki ribuan Amal Usaha di berbagai sektor. Green Al-Ma’un dapat dimulai dari sana secara konsisten,"kata Hening.
Pakar hukum pidana lingkungan, Yeni Widyowati juga ikut mengajak masyarakat untuk mengingat kembali terkait eratnya kaitan antara Islam dan lingkungan. Kaitan tersebut perlu disadari dengan banyaknya ayat Alqur’an yang menyerukan umat Muslim untuk berperilaku ramah lingkungan. Menurut Yeni, bulan Ramadhan ini menjadi waktu yang tepat untuk memaksimalkan perilaku hidup ramah lingkungan.
"Kita harus menerapkan kepribadian dan perilaku ramah lingkungan di bulan Ramadhan. Islam dan lingkungan erat kaitannya dengan beberapa ayat lingkungan seperti Al-Araf ayat 56 dan Ar-Rum ayat 41. Bulan Ramadhan menjadi momen yang ideal untuk meningkatkan habluminallah dan habluminannas (Dalam konteks alam dan lingkungan)," ujar Yeni yang juga merupakan anggota MLH PP Muhammadiyah dalam acara yang sama.
Dalam pemaparannya Yeni turut menyoroti terkait permasalahan lingkungan yang meningkat seperti peningkatan sampah, penggunaan air dan konsumsi listrik. Yeni menyatakan bahwa permasalahan sampah menjadi sangat penting karena proses penguraian sampah sehari-hari bekisar pada rentang waktu 50 hingga 600 tahun. Maka dari itu pentingnya upaya untuk mengedukasi masyarakat terkait pengelolaan sampah yang efektif. "Permasalahan sampah menjadi sangat penting sebab proses penguraian memakan waktu 50 hingga 600 tahun. Maka perlunya edukasi pengelolaan sampah dimulai dari cara memilih dan memilah barang yang dikonsumsi,"kata Yeni.