Saatnya 'Menghijaukan' Haji

Setidaknya ada 68 ribu ton yang terkumpul selama 12 hari pada pelaksanaan haji 2023 lalu

May 21, 2024 - 06:57
May 20, 2024 - 22:42
Saatnya 'Menghijaukan' Haji

Tidak lama lagi, umat Islam dari penjuru dunia akan melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci, Makkah, Arab Saudi. Sekitar dua juta kaum Muslimin diperkirakan akan berkumpul di Tanah Suci untuk melaksanakan haji pada 8-17 Juni 2024.

Berkumpulnya jutaan manusia pada satu waktu dan tempat yang sama kerap melahirkan dampak kepada lingkungan. Laman berita asal Arab Saudi Saudi Gazette melansir, setidaknya ada 68 ribu ton yang terkumpul selama 12 hari pada pelaksanaan haji 2023 lalu. Jumlah tersebut termasuk kotak makanan dan botol plastik yang kerap dikonsumsi jamaah selama di pemondokan dan di tenda-tenda saat berada di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).

Selama di Armuzna, jamaah Indonesia mendapatkan 16 kali makan. Untuk itu, jumlah kotak nasi yang diberikan kepada sekitar 221 ribu jamaah haji Indonesia  selama di Armuzna yakni sekitar 3,5 juta kotak. Sampah yang dihasilkan jamaah asal Indonesia tersebut terbilang signifikan. Selain makanan, kebutuhan air dan listrik pun meningkat, demikian dengan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan.

Untuk mengurai masalah tersebut, Majelis Lingkungan Hidup Perhimpunan Pusat Muhammadiyah mendorong agar warga Muhammadiyah se-Indonesia dan masyarakat umum untuk mengenal konsep haji hijau atau Green Hajj. Rijal Ramdani, Ketua Panitia Green Ramadhan MLH PP Muhammadiyah menyampaikan momen haji yang mendatangkan jutaan umat Muslim dari seluruh dunia menimbulkan masalah lingkungan. Menurut dia, permasalahan botol plastik, sampah, penggunaan air hingga listrik menjadi permasalahan serius. Dalam hal ini Muhammadiyah dapat menjadi pelopor penyelenggaraan haji yang ramah lingkungan.

”Setiap tahun setidaknya dua juta umat Muslim melaksanakan ibadah haji. Indonesia menjadi negara terbesar dengan 241.000 jamaah. Ini menimbulkan consent lingkungan (Sampah, penggunaan listrik dan air), bagaimana jika Muhammadiyah dapat mempelopori untuk dapat mendorong pelaksanaan green hajj,” ujar Rijal dalam diskusi online MLH PP Muhammadiyah beberapa waktu lalu.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Hilman Latief mengatakan, ibadah haji merupakan proses panjang yang terdiri dari persiapan, proses dan dampak. Maka dari itu, dampak haji harus ditekankan pada manfaat akhirat dan dunia. ”Haji adalah ibadah yang sangat berat pada segi persiapan, proses dan dampak. Maka haji harus memiliki manfaat akhirat untuk spiritual dan silaturahmi dan manfaat dunia bernilai ekonomis dan meningkatkan aspek sosial-kemanusiaan,”jelas Hilman.

Penyelenggaraan haji setiap tahunnya melibatkan banyak aspek. Setiap tahun sekitar 70 triliun uang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan jamaah seperti makan-minum, tempat tinggal, transportasi hingga berbagai akomodasi lain. Penekanan manfaat dunia yang dimaksud adalah bagaimana haji tidak hanya memberi manfaat bagi jamaahnya yang menjadi mabrur. 

Penyelenggaraan ibadah haji di sini juga dapat diarahkan untuk berdampak pada aspek ekonomis dan sosial-kemanusiaan masyarakat Indonesia. ”Kajian haji di Indonesia, khususnya Muhammadiyah masih menyentuh pada ranah mabrur. Sedangkan di Arab sudah menyentuh ranah bisnis (Dampak sosial-masyarakat). Sehingga haji ini harus menghadirkan manfaat-manfaat dalam segala aspek,"ungkap Hilman.

Green hajj meliputi upaya halal industries, haji-umrah tourism dan sustainability. Hilman menguraikan terdapat dua aspek yang dapat dilakukan untuk menunjang pelaksanaan green hajj yaitu green economy dan green attitude. Untuk mencapai green economy ditopang dengan infrastruktur dan kualitas perekonomian yang mumpuni. Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah namun belum ditunjang dengan infrastruktur yang mumpuni dari hulu ke hilir.

Dia sangat menyayangkan akan proses ibadah haji yang belum mampu meningkatkan taraf perekonomian Indonesia. Hilman menyebutkan, terdapat banyak barang kebutuhan haji yang tidak dapat masuk oleh SFDA (Badan Ototritas Pangan Arab). Barang-barang tersebut tidak dapat masuk karena banyak yang tidak memenuhi lisensi standar yang ditetapkan. Peluang ini justru dimanfaatkan oleh negara lain.

Sedangkan pengertian green attitude ini merujuk pada perilaku ramah lingkungan jamaah haji Indonesia. Menurut Hilman, perilaku jamaah haji Indonesia tidak bisa dilepaskan dari profil masyarakat Indonesia dari segi profesi dan jenjang pendidikan. Profil tersebut sangat menentukan perilaku hidup masyarakat selama menjalankan proses ibadah haji. Maka dari itu, profil tersebut sangat berpengaruh terhadap penerapan green hajj. Sehingga pelaksanaan green hajj harus diseimbangkan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.

”Untuk mencapai green economy perlu infrastruktur yang memadai. Kita memiliki sumber daya yang melimpah, namun tidak untuk infrastruktur. Sedangkan negara lain sudah. Profil jamaah haji Indonesia juga berpengaruh pada pelaksanaan green hajj. Maka mekanisme ini perlu diseimbangkan,"kata Hilman.

Hilman turut menerangkan pelaksanaan green hajj dapat dilakukan dengan menerapkan mekanisme ramah lingkungan dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan haji ramah lingkungan dapat diarahkan pada pengurangan risiko lingkungan, menghindari kelangkaan ekologis dan pada pembangunan berkelanjutan. Dia juga mengajak agar MLH PP Muhammadiyah memiliki fokus tertentu terkait edukasi haji ramah lingkungan terhadap masyarakat Indonesia.

”Haji harus memiliki penguatan ekologi dan ramah lingkungan. Dapat dimulai dari Lingkungan asrama haji yang lebih hijau, ekosistem ekonomi haji yang ramah lingkungan, penggunaan produk zero waste lifestyle, makanan yang sehat. MLH dapat memprioritaskan isu yang edukatif dalam mengangkat dakwah green hajj,”kata dia.